Total Tayangan Halaman

Senin, 02 Desember 2013

MANFAAT CACING

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT kerena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ” CACING SEBAGAI OBAT TIFUS” ini. Karya tulis ilmiah diajukan dalam rangka menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahsa Indonesia. Kami sadar bahwa hasil karya ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itulah dengan tangan terbuka, penulis senantiasa mengharapkan kerelaan yang bersifat membangun, yang akan kami jadikan sebagai patokan dan pendoman untuk lebih meningkatkan diri dalam karya-karya (terutama yang bersifat ilmiah) dimasa-masa yang akan mendatang. Dengan tersusunya Karya Tulis ini, maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Susi Sukardjo selaku guru pembimbing metodologi dalam tata cara penulis Karya Tulis ini. 2. Semua pihak yang secara tidak langsung turut menunjang penulisan Karya Tulis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikakan dan semoga Karya Tulis ini berguna bagi kami sendiri maupun semua pihak yang memanfaatkan. Marabahan, Maret 2012 Penyusun
 BAB I PENDAHULUAN
 1. Latar Belakang Ketika kalian bertemu dengan cacing, banyak hal yang mungkin akan kalian lakukan, mulai dari memasukkannya kembali ke tanah atau bahkan memenggal tubuhnya. Tahukah anda bahwa cacing berguna untuk menyembuhkan penyakit tifus? Penyakit tifus (typhus, typhoid fever) merupakan penyakit yang kadangkala menjadi langganan segelintir orang. Gejala tifus antara lain: suhu badan meningkat, demam, nafsu makan menurun, mual, muntah, kepala pening, adalah beberapa ciri dari sakit ini. Tifus (Typhus) adalah penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella typhi yang menyerang pencernaan manusia khususnya usus. Dewasa ini penggunaan berbagai macam organisme baik hewan maupun tumbuhan banyak digunakan oleh para ahli untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Salah satu jenis organisme yang digunakan adalah cacing tanah yang dikenal dengan nama ilmiah Lumbricus rubellus. Kita mengetahui bahwa masyarakat masih kurang mengerti manfaat dari cacing tanah ini. Selama ini kita beranggapan bahwa cacing tanah merupakan hewan yang menjijikkan dan tak banyak memiliki manfaat. Padahal cacing tanah memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Dulu ketika khasiat cacing tanah ini belum terbukti secara medis, masyarakat pedesaan sudah sering mempergunakannya untuk mengobati sakit tifus, maag, dan perut kembung dengan cara meminum air rebusannya, yang dapat dicampur dengan madu atau kunyit supaya terasa “enak”. Kini cacing sudah dikemas dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk kapsul praktis yang terjangkau harganya yang dapat diperoleh di toko obat atau apotek terdekat. Cacing tanah di dunia telah teridentifikasi sebanyak 1.800 spesies. Dari jumlah tersebut, ada dua spesies, yaitu Lumbricus rubellus (dikenal dengan cacing eropa atau introduksi) dan Pheretima aspergillum (dikenal dengan nama cacing kalung), yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. L.rubellustelah banyak dibudidayakan di Indonesia, sedangkan Ph.aspergillum belum banyak dibudidayakan. Ketika kita mencari obat demam atau tifus di toko obat cina, penjual akan menyarankan supaya menggunakan cacing kering untuk direbus dan diminum airnya, atau kalau tidak suka dengan baunya yang cukup menyengat, bisa memakan dalam bentuk kering yang sudah dimasukkan dalam kapsul. Cacing kering yang diberikan itu adalah jenis Ph. Aspergillum. Penelitian telah banyak dilakukan untuk mengetahui efek farmakologi cacing tanah terhadap penyakit tifus. Dalam kasus penyakit tifus, ekstrak cacing tanah bisa bekerja dari dua sisi, yaitu membunuh bakteri penyebabnya sekaligus menurunkan demamnya.
 2. Rumusan Masalah
1. Apa nutrisi yang terkandung didalam cacing tanah, sehingga dapat mengobati penyakit tifus?
2. Bagaimana cara meramu obat dari cacing tanah agar dapat menjadi obat penyakit tifus?
3. Dalam bentuk apa saja obat dari cacing tanah dapat dikonsumsi?

 3. Tujuan Penulisan Beberapa tujuan penulisan Karya Tulis ini yaitu ; mengetahui nutrisi yang terkandung di dalam cacing tanah sehingga cacing tanah dapat mengobati penyakit tifus. Dan bagaimana cara meramu si cacing tanah sehingga dapat di jadikan sebagai obat tifus dan dalam bentuk apa saja obat tifus dapat dikonsumsi. BAB II ISI Ada dua spesies cacing yang bisa dipakai untuk pengobatan, yaitu Lumbricus Rubellus (dikenal dengan cacing eropa atau introduksi) dan Pheretima Aspergillum (dikenal dengan nama cacing kalung atau dilog) yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisionnal. Suatu ketika, anda pergi ke toko obat Cina untuk mencari obat demam atau tifus. Anda akan disarankan menggunakan cacing tanah kering atau direbus atau diminum airnya. Kalau tidak suka dengan baunya yang cukup menyengat, bisa memakan dalam bentuk kering yang sudah dimasukkan ke dalam kapsul. Biasanya cacing tanah kering itu adalah jenis Pheretima Aspergillum yang bisa untuk sembuhkan tifus. Komponen kimia cacing tanah tidak menimbulkan efek taksik bagi manusia sehingga aman dikonsumsi. Pengujia ekstrak cacing tanah untuk melihat aktivitasnya sebagai antipiretik dilakukann menggunakan hewan percobaan tikus putih yang didemamkan dengan penyuntikan vaksin campak. Suhu normal tikus putih mirip dengan manusia, yaitu berkisar antara 35,9 hingga 37,5 derajat Celcius.
2.1 Nutrisi yang Terkandung di Dalam Cacing Tanah Cacing tanah termasuk binatang invertebrata (tidak bertulang belakang). Ia hidup di dalam tanah yang gembur dan lembab. Lumbricus rebellus memiliki kandungan nutrisi. Diantaranya mengandung kadar protein sangat tinggi yaitu, sekitar 76 %, protein asam amino berkadar tinggi, 17 % karbohidrat, 45 % lemak dan abu 1,5 %. Hasil penelitian terhadap cacing tanah menyatakan bahwa cacing tanah memiliki senyawa aktif yang mampu melumpuhkan bakteri patogen, khususnya Eschericia coli berlebih penyebab diare.
 2.2 Cara Meramu Obat Tifus yang terbuat dari Cacing Tanah Makhluk ini dipercaya muncul sekitar 120 juta tahun silam. Cacing sendiri sangat unik karena tidak punya kaki, tidak punya otak dan paru-paru, tapi malah punya 5 jantung. Cacing juga termasuk satu dari sedikit jenis binatang yang hermaprodit. Mungkin bagi kebanyakan orang, cacing hanya berguna sebagai umpan dalam memancing atau sekadar menyuburkan tanah, namun ternyata cacing memiliki banyak kegunaan. Cacing yang terlihat menjijikkan itu ternyata berpotensi besar sebagai bahan makanan. Cacing tanah mengandung banyak protein, yang sangat diperlukan oleh tubuh. Beberapa sumber menyebut cara pengolahan cacing adalah dengan memasukkan bersama tepung maizena selama 48 jam, atau menyimpan di dalam freeze. Untuk menghilangkan lendirnya, cacing direbus dengan air mendidih. Suku Maori (New Zealand), Aborigin (Australia), Aztec, dan suku-suku primitif lain biasa memanggang cacing di atas api unggun, atau di bawah panas matahari sebelum menumbuknya sampai halus untuk dimakan dengan roti. Di dalam buku The Worm Book (1998), cacing tanah disajikan sebagai menu yang lebih menarik, diantaranya : Oatmeal Earthworm-Raisin Muffins (muffin gandum rasa cacing tanah dengan kismis), Earthworm Meatloaf, & Caramel Earthworm Brownies. Di buku lain, Urban Wilderness: A Guidebook to Resourceful City Living (1979), Christopher Nyerges, sang pengarang, menyarankan untuk membalut cacing tanah dengan tepung, goreng dengan mentega sampai warnanya kecoklatan, campur dengan tumisan bawang dan jamur, kemudian oleskan sour cream. Yang katanya enak. Untuk lebih menyakinkan, lebih baik kalian mencobanya sendiri. Negeri Perancis, yang terkenal pakar mengolah bekicot menjadi makanan yang lezat, ternyata juga ahli memasak cacing tanah. Souffle Ver de Terre nama menunya. Ver de Terre artinya cacing tanah dalam bahasa Perancis. Di beberapa negara Asia dan Afrika, cacing tanah yang telah dibersihkan dan dibelah kemudian dijemur hingga kering, lazim dijadikan makanan obat. Pengolahannya dengan disangrai atau digoreng kering, kemudian disantap sebagai keripik cacing. Diduga kebiasaan menyantap cacing ini membantu menekan angka kematian akibat diare di negara-negara miskin Asia-Afrika. Beberapa penelitian tmembuktikan adanya daya antibakteri dari protein hasil ekstrasi cacing tanah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan Salmonella thypii. Proses pengolahan lumbricus rubellus, dilakukan dengan system higroscopy. Yaitu kandungan air cacing tanah diserap dengan menggunakan kain kasa. Berikit langkah-langkahnya :
1. Cari cacing tanah merah yang bentuknya kecil – kecil, (cacing kruntel yang biasa digunakan untuk umpan memancing ikan) dan bukan cacing yang hitam dan besar.
2. Bersihkan dan pastikan sudah tidak ada unsur tanah atau kotoran lain, sekedar untuk menjaga higienisnya saja.
3. Tuangkan air kira – kira 3 gelas untuk ukuran diminum 3 X sehari.
4. Masukkan cacing dan rebus hingga mendidih.`
5. Saring dan ambil airnya saja.
6. Dinginkan sebentar atau minumkan hangat – hangat. 2.3 Bentuk Obat Tifus dari Cacing Tanah 1). Pil Cacing 2). Kapsul Cacing 3). Extrak Cacing 4). Cacing yang Dikeringkan 5).

 Jus Cacing Tanah BAB III PENUTUP

Dari hasil penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa cacing tanah memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit tifus atau yang sering kita dengar dengan sebutan demam tifoid tanpa efek samping dan tentu saja ekonomis. Dari hasil pengalaman seseorang, cacing tanah dapat mengobati tifus dalam jangka waktu 2-3 hari dengan dosis yang teratur. Jadi, cacing yang kecil pun bisa berguna besar. 3.1 Kesimpulan 1.1 Dari hasil laboratorium cacing tanah mengandung : Protein 68% Asam glutamat 8.98 % Treonin 3.28% Lisin 5.16% Glycine 3.54% 1.2 Cacing tanah dapat di konsumsi dengan berbagai cara. Menurut banyak sumber cara pengolahan cacing adalah dengan memasukkan bersama tepung maizena selama 48 jam, atau menyimpan di dalam freeze. Untuk menghilangkan lendirnya, cacing direbus dengan air mendidih. 1.3 Obat cacing yang sekarang beredar di pasaran dikemas dalam berbagai kemasan. Kapsul dan pil adalah kemasan yang paling sering kita temui. 3.2 Saran Pada zaman Cleopatra, bangsa Mesir menganggap cacing tanah sebagai makhluk suci. Sedangkan di Yunani, Socrates menyebutnya sebagai “ususnya tanah”. Dan Indonesia beberapa penelitian telah membuktikan adanya daya antibakteri dari protein hasil ekstrasi cacing tanah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan Salmonella thyp. Jadi bagi kalian para pembaca atau teman teman kalian yang sekarang sedang mengidap penyakit tifus disarakan untuk kalian mengkonsumsi pil cacing atau olahan obat cacing yang lain. Mungkin ada rasa mual yang akan muncul tetapi bukankah sembuh itu lebih penting.